Andrew Icksan
Ahmad Nasher
UNIVERSITAS GUNADARMA
Pentingnya Bahasa
Andaikan dunia ini sudah sama dengan keinginan manusia, referensi
itu tidak akan pernah ada. Tapi, sayangnya dunia tidak pernah sama
dengan keinginan manusia. Mengapa dunia tidak menyerupai keinginan
manusia? Karena dari diri manusia sendiri, dunia itu tak mempunyai
makna. Sebagai manusia, tak dapat menanggung sesuatu yang tanpa makna.
Bahkan menyelidiki sesuatu yang tanpa makna pun sudah merupakan upaya
untuk memberi makna. Bahasa tak lain dan tak bukan hadir untuk
menanggapi dunia yang tanpa makna, dan menjadi sesuatu yang menyerupai
kehendak manusia. Dengan bahasa manusia memberi jawaban atas sesuatu
yang dianggap kurang atau tidak menyerupainya.
Untuk menjalankan tugas kemanusiaan itu, manusia hanya punya satu
alat, yakni bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan apa yang
ingin diungkapkan. Sesuatu yang sudah dirassakan sama dan serupa dengan
dengannya, belum tentu terasa sebagai serupa, karena belum terungkap dan
diungkapkan. Hanya dengan bahasa, manusia dapat membuatnya terasa nyata
dan terungkap.
Kebanyakan manusia lupa akan misteri dan kekuatan bahasa. Mereka
lebih percaya pada pengetahuan dan pengalamannya. Padahal semua itu
masih mentah dan belum nyata, bila tidak dinyatakan dengan bahasa. Jadi,
jangan pernah mengira bahwa bahasa itu mudah. Sebelum menyatakan dengan
bahasa, manusia harus menggulati pengetahuannya dengan bahasa. Sering
terjadi, dalam pergulatannya itu kalah. Manusia merasa tahu dan
mengerti, merasa mengalami dan sadar, tapi semuanya itu tidak dapat di
ungkapan, artinya bahwa bahasa tak membantunya untuk menyatakan semua
keinginannya. Akhirnya, semuanya tinggal sebagai kegelapan dan
kebawahsadaran, padahal pikiran manusia merasa tenang dan sadar tentang
pengetahuan tersebut. Untuk itu, bahasalah sebagai sarana pencerahan
bagi kegelapan manusia.
Di antara semua bentuk simbol, bahasa merupakan simbol yang paling
rumit, halus dan berkembang. Kini manusia telah sepakat bersama, dalam
kesalingbergantungannya selama berabad-abad, untuk menjadikan berbagai
suara yang mereka ciptakan dengan paru-paru, tenggorokan, lidah, gigi,
dan bibir, secara sistematis mewakili peristiwa-peristiwa dalam
sistem-sistem saraf mereka, sehingga bahasa disebut sebagai sistem
kesepakatan-kesepakatan.
Sebagai sistem kognisi, bahasa dengan sistem gramatikal, bunyi serta
tata tulisnya itu, dipahami sebagai sumber daya dan kekayaan mental
yang setelah dipelajari, ada dalam diri manusia dan masyarakat. Sistem
bahasa (langue) yang abstrak itu merupakan permilikan (property) bersama
dan ada dalam kesadaran kolektif masyarakat tutur. Permilikan itu
digunakan secara nyata dalam bentuk tuturan dan tulisan (parole) dalam
wujudnya sangat bervariasi, baik variasi bentuk maupun nuansa makna
dalam konteks penuturan.
Secara ontologis hakikat keberadaan bahasa tidak dapat dipisahkan
dengan kehidupan manusia. Hakikat makna bahasa dan keberadaan bahasa
senantiasa memproyeksikan kehidupan manusia yang sifatnya tidak terbatas
dan kompleks. Dalam konteks proyeksi kehidupan manusia, bahasa
senantiasa digunakan secara khas dan memiliki suatu aturan permainan
tersendiri. Untuk itu, terdapat banyak permainan bahasa dalam kehidupan
manusia, bahkan dapat dikatakan tidak terbatas, dan nantara tata
permainan satu dengan lainnya tidak dapat dintentukan dengan suatu
aturan yang bersifat umum. Namun demikian, walaupun terdapat perbedaan
adakalanya terdapat sutau kemiripan, dan hal ini sulit ditentukan secara
secara definitif dan pasti. Meskipun orang tidak mengetahui secara
persis sebuah permainan bahasa tertentu, namun ia mengetahui apa yang
harus diperbuat dalam suatu permainan. Oleh karena itu, untuk
mengungkapkan hakikat bahasa dalam kehidupan manusia dapat dilaksanakan
dengan melakukan suatu deskripsi serta memberikan contoh-contoh dalam
kehidupan manusia yang digunakan secera berbeda.
Sebagian orang berpendapat bahwa bahasa sebagai sesuatu yang kita
lakukan untuk orang lain; sebuah permainan dari simbol verbal yang
didasarkan dengan rasa indera kita (pencitraan). Sebagai sistem mediasi,
bahasa tidak hanya menggambarkan cara pandang manusia tentang dunia dan
konsepsinya, tetapi juga membentuk visi tentang realitas.
Pandangan di atas, merajut pada pemikiran bahwa dengan melukiskan
bahasa sebagai penjelmaan pikiran dan perasaan, yaitu budi manusia, maka
bahasa itu mendapat arti jauh lebih tinggi daripada sistem bunyi atau
fonem. Oleh karena itu budilah yang melahirkan kebudayaan, maka bahasa
sebagai penjelmaan daripada budi itu adalah cerminan
selengkap-lengkapnya dan sesempurna dari kebudayaan.
Perhatian terhadap kelompok-kelompok minoritas ini sekarang telah
menjadi betapa penting dengan adanya kontak antarbudaya, namun
diasumsikan bahwa komunikasi antabudaya itu sangat sulit. Hal ini
disebabkan karena jika bahasa sebagai sistem bunyi gagal mengendap dalam
kantong-kantong budaya, maka masyarakat pun gagal untuk memahami dan
dipahami dalam konteks komunikasi antarbudaya.
Sumber :
http://ariefsukajaya.blogspot.co.id/2009/08/pentingnya-bahasa-dalam-kehdupan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar